Sabtu, 02 November 2013

Peristiwa Dicurinya Hajar Aswad


Pada tanggal 8 Dzulhijjah 317 H, tepat pada hari tarwiyah  pada bulan haji, Bani Qaramithah Bahrain memporak-porandakan Makkah Al-Mukarromah, mereka memisahkan Hajar Aswad dari ka’bah lalu hendak membawanya ke Negri mereka, mereka membunuh tamu Allah, menodai kesucian Baitullah, mencopot pintu Ka’bah, serta merampok kiswahnya.
Mereka juga membunuh para Hujjaj sebanyak 30 ribu jama’ah, lalu setelah itu menguburnya di sumur zam-zam yang suci, tak hanya itu mereka juga menyakiti para wanita dan anak-anak. Kemudian mereka kembali ke Negri mereka dengan membawa Hajar Aswad yang mereka curi, sampai akhirnya 22 tahun lamanya batu itu ada pada tangan Bani Qaramithah, selama itu juga Hajar Aswad tidak ada pada tempatnya yaitu Ka’bah. Mereka mengembalikannya ke Makkah setelah lama mendekam di tangan mereka selama 22 tahun.

  • Perbuatan kelam Qaramithah

Dikisahkan oleh Imam Ibnu Katsir didalam Kitabnya “Al-Bidayah wa Annihayah”, keluarlah pasukan bala tentara Iraq beserta Pemimpinnya yang bernama Manshour Addilamy, untuk pergi ke Makkah, membunuh para jama’ah yang sedang khusyuk melaksanakan ibadah haji di dalam Masjidil Haram, mereka meluluh-lantakkan Makkah beserta kiblat Ummat Muslim sedunia itu.Pemimmpinnya laknatullah alaihi  duduk di atas pintu Ka’bah, sedang para jama’ah yang berada di sekitar Ka’bah ketakutan dan histeris dengan peristiwa tersebut, pasukan Qaramithoh terus membunuh tanpa belas kasih di hari yang mulia itu, mereka berkata : “Akulah Tuhan, dan demi Tuhan, Aku...Akulah yang menciptakan dan Akulah yang meniadakannya”, sungguh keji lagi sombong ucapan tersebut, sehingga Bani Qaramithah berani mengaku-ngaku layaknya Tuhan.Manusia-manusia tak berdosa berlari menjauh dari mereka, ada yang bergelantungan pada (kiswah) Ka’bah, karena tidak ada lagi yang dapat membantunya kecuali berharap kepada Allah Swt, namun mereka tetap dibunuh.Qaramithah sangat tidak berperi kemanusiaan, secara membabi buta membunuh jama’ah yang sedang tawaf,sa’i dan sedang beribadah lainnya di pelataran Masjid.

Setelah peristiwa pembantaian itu, mereka mengubur para jama’ah di sumur zam-zam dan di sekitaran Masjidil Haram.Mereka menguburnya tanpa memandikannya, mengkafaninya dan menshalatinya, karena disatu sisi mereka yang terbunuh merupakan tamu Allah dan para Syuhada’.Tidak hanya itu, mereka juga menghancurkan sumur-sumur Zam-zam, menghancurkan pintu Ka’bah, melepaskan kiswahnya serta tanpa malu mereka merobek dan membagi-bagikannya.Diperintahkannya salah seorang untuk memanjat ke Mizab (pipa air yang terbuat dari emas) yang berada di puncak Ka’bah untuk mencopotnya, namun mengenaskan, ia terjatuh dari puncak tersebut dengan posisi kepala dibawah, sehingga langsung menyebabkannya mati, maka cukuplah kejadian itu yang mengurungkan niat mereka untuk mengambil mizab tersebut.

Kemudian sang Pemimpin tidak berhenti sampai disitu saja, ia memerintahkan salah satu prajuritnya lagi untuk melepaskan Hajar Aswad yang merupakan tujuannya sedari awal, maka tak lama majulah seseorang dan langsung menghantamkan palu besarnya kepada  batu hitam itu seraya berkata : “mana burung ababil? mana batu-batu dari neraka itu? “  Kemudian ia melepas dan mencuri Hajar Aswad tersebut dari tempatnya, lalu mereka membawanya meninggalkan kota Makkah.


  • Keistimewaan Hajar Aswad

Hajar Aswad merupakan batu termulia di hamparan Bumi ini, ia juga merupakan bagian yang mulia di baitullah Makkah, karena itu Islam mensyariatkan untuk memuliakannya, meletakkan pipi dan kening kita padanya atau sekedar menyapanya. Dan banyak dari hadits Rasulullah Saw menyebutkan keutamaan-keutamaan Hajar Aswad, diantaranya Rasulullah Saw bersabda :

-“Hajar aswad merupakan bagian dari gugusan batu Surga”. (dari Anas r.a (sohih), hadits no.3170 dalam sahih jami’).

-“Hajar aswad turun dari surga lebih putih melebihi putihnya susu, ia menjadi hitam karena dosa-dosa anak Adam “. (Hr. Tirmidzi dari Ibnu Abbas (sohih) no.6756 dalam sahih jami’).

  • Siapakah Qaramithah sebenarnya?

Qaramithah dinisbatkan kepada Hamdan bin Asy’ab yang dilaqobkan kepada Qirmith, nama salah satu tempat di Kufah, lahir sekitar tahun 273 H, ia dikenal sebagai Hamba Allah yang zuhud dan wara’. Diapun dikenal sebagai pekerja keras, sehingga dari hasil kerjanya itu ia menghidupi dirinya dan keluarganya. Ia juga sebagai Da’i pada zamannya, mengajak kaumnya shalat fardhu siang dan malam. Kezuhudan dan kealiman yang ia miliki tersiar ke penjuru Negri, sehingga mereka menjadikannya sebagai Imam dan Panutan, tak diragukan lagi (ilmu) yang ia miliki, sehingga ia menjadi pusat berkumpulnya banyak kalangan pada saat itu.

Seiring pertumbuhannya, Qaramithah berkembang menjadi Ismailiyyah, salah satu sekte Syi’ah. Mereka (pengikut Ismailiyah) telah yakin bahwasanya seni atau retorika Dakwah menjadi jati diri dalam madzhab tersebut, sehingga dalam menyebar luaskan ajarannya menjadi mudah hingga ke pelosok Negri, kepada banyak orang awwam yang tidak banyak menganalisa dan mencari kebenaran tentang ajaran itu, sehingga mulai banyak yang berkecimpung didalamnya. Mereka menyebarluaskan faham Syi’ah dan faham Imamiyah atau Ahlul bait. Setelah matang pada ideologi Imamiyah, mereka melanjutkan kepada faham Guluw (berlebihan) dan Ibahah (legalisasi). Mereka menyembunyikan Aqidah yang mereka anut, Aqidah sesat yang mengutuk serta mencela para nabi dan melumpuhkan syari’at, dan yang tidak menganalisa, mencari kebenaran maka akan terpedaya dengan ajarannya, sehingga membuat cinta dunia dan sibuk dengan urusan-urusan keduniawian, kemudian mereka juga tidak lagi mencari sebuah kebenaran dan teori yang otentik karena sebuah janji dan sumpah keji.

Sumber: Majalah Al – Azhar edisi Dzulhijjah 1434 H - Ustad Sa’ad fathiy.

                                                                       Bawwabah, 12 Oktober 2013/7 Dzulhijjah 1434 H.


0 komentar:

Posting Komentar